Penulis: Gufron Gozali
Email: gufrongozali11@gmail.com
Student of International Relations, UII
Wilayah Arab menjadi sebuah arena peperangan dan perebutan kekuasaan yang sangat menarik. Setelah keruntuhan Khalifah Utsmaniyah yang digantikan oleh sistem Republik yang dipimpin oleh Kemal Attaturk. Dunia Arab sampai hari ini terus saja berkecampuk. Pada dasarnya yang menyebabkan Arab terus berkecamuk dikarenakan sumber daya alam yang berada di sana yakni minyak, sudah menjadi hal lumrah bahwa politik minyak yang membuat wilayah Arab menjadi sangat berharga untuk dilewatkan. Kembali ke 2010 dimana dunia internasional dikejutkan dengan sebuah peristiwa besar yang terjadi di Arab yakni Arab Spring. Peristiwa ini dimulai di Tunisia dan menyebar hampir ke seantero Arab latar belakanganya ialah perasaan tidak puas atas keadaan yang ada yakni semakin mahalnya biaya hidup serta rasa frustasi dipimpin oleh pemimpin otoriter.
Keadaan Arab saat ini sangatlah tidak stabil dimulai dari proxy war yang terjadi di Suriah dan Yaman, gelombang demonstran yang mulai menyeruak di Lebanon serta Iraq, Israel yang semakin agresif terhadap Palestinya, keadaaan di Libia yang semakin memburuk setelah digulingkannya Khadafi, serta presiden Mesir yakni Abdul Fattah As-Sisi yang semakin otoriter yang didukung oleh Amerika. Serta gelombang migrasi yang sangat besar yang disebabkan oleh perang Suriah dan ISIS. Mimpi akan terwujudnya harapan serta perubahan baru bagi dunia Arab nampaknya omong kosong belaka ini dibuktikan dengan keadaan dunia Arab yang semakin memburuk setelah Arab Spring. Namun, melihat situasi yang semakin memanas seperti yang ada di Lebanon bukan tidak mungkin Arab Spring Vol 2 akan terjadi.
Masyarakat Arab pada saat ini berada dalam posisi yang sangat mengkhawatirkan, mereka terus bertahan dengan perang yang ada tanpa ada kejelasan kapan perang tersebut akan berakhir. Diperparah oleh pemimpin yang semakin otoriter dan keadaan ekonomi yang semakin memburuk seperti di Mesir, Siria serta Lebanon. Pada saat ini demonstrasi besar-besaran bukan hanya terjadi di dunia Arab saja namun juga di belahan dunia lain yakni, Hong Kong, Chile dan negara Amerika latin lainnya, dengan besarnya jumlah demonstran yang ada di negara lain ini bisa menjadi sebuah suntikan moral bagi masyarakat Arab untuk segera melakukan aksi yang lebih besar mengingat keadaan yang semakin buruk terjadi di Arab.
Arab Spring vol 2 nampaknya bukanlah sebuah isapan jempol belaka mengingat bahwa kejadian sebelumnya berasal dari demo juga. Jika masyarakat Arab mampu membangun koalisi serta memeprkuat hubungan yang ada tentunya ini dapat diwujudkan. Namun, nampaknya usaha ini tidak akan mudah mengingat terlalu banyak campur tangan negara-negara kuat, Arab-Saudi yang memiliki sistem pemerintahan monarki absolut tentunyan tidak akan menginginkan hal ini terjadi, mereka tidak akan membiarkan revolusi menyebar ke negarannya seperti yang mereka lakukan setelah revolusi Iran 1979 yang memulai perang dingin antara Arab Saudi dan Iran. Tantangan lain yang muncul ialah tidak ada campur tangan dari Amerika. Sudah menjadi hal umum bahwa Amerika menjadi aktor penting dalam Arab Spring 2010, mereka ikut campur karena mereka memiliki kepentingan didalamnya, namun lain cerita dengan saat ini kepentingan mereka tidak terlalu besar yang mengakibatkan peluang untuk mereka terlibat sangat kecil.
Jika Arab spring benar-benar terjadi lagi maka ini akan sangat berdampak terhadap Indonesia, pertama dengan adanya rezim baru maka kebijakan yang akan dilakukan pastinya akan berbeda dari sebelumnya dan pastinya akan berpengaruh terhadap hubungan dengan Indonesia. Kedua, perjanjian atau kerjasama yang dilakukan sebelumnya mungkin saja akan dibatalkan tentunya ini sangat merugikan dari bidang ekonomi maupun bidang lain bagi Indonesia sendiri. Selanjutnya, dengan adanya kondisi tersebut maka warga negara Indonesia yang berada di wilayah Arab akan menjadi korban dalam hal ini TKI maupun mahasiswa yang menuntut ilmu. Serta yang paling penting wilayah Arab merupakan mayoritas masyarakatnya beragama Islam serupa dengan Indonesia tentunya apapun yang terjadi dengan Arab maka masyarakat Muslim di Indonesia pasti akan meresponnya dengan besar dan ini akan menentukan kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Namun yang menjadi perhatian saya adalah, peristiwa ini akan menjadi legitimasi bagi para kaum konservatif Islam serta kaum radikalisme dalam mendukung usahanya dalam merubah Indonesia menjadi Khalifah serta usaha lainnya yang berlawanan dengan hukum yang ada. Jadi apa yang harus kita lakukan, mendukung upaya revolusi yang ada, mengabaikannya atau malah mengutuknya. Dalam hal ini saya berpendapat bahwa sebagai sesama manusia yang saling memiliki rasa kemanusiaan tentunya kita harus mendukung upaya perlawanan tersebut demi membebaskan mereka dari kondisi yang mengerikan tersebut. Tentunya jalannya revolusi yang ada bergantung kepada mereka sendiri yang berada di sana kita hanya mampu mendukung usaha tersebut sebagai bentuk solidaritas.
Comments